PertemuanLiga Arab ke-95 itu dihadiri asisten Sekjen Liga Arab untuk Palestina dan Urusan Wilayah Pendudukan Arab, Saed Abu Ali. Liga Arab menyatakan, boikot semacam itu akan konsisten dengan keputusan KTT Liga Arab yang digelar pada 31 Maret 2019 di Tunisia. Liga Arab juga dibatasi akses dan haknya melaksanakan salat di Al-Aqsa, orang-orang Yahudi ultra-nasionalis justru diizinkan memasuki PUISIUNTUK PALESTINA. Unknown. 04.03 Tidak ada komentar Puisi I. TAK SEDARAH, TAK SETANAH. Aku berjalan bertatap muka dengan banyak orang. Senyum sekejap. Telah KAU tuangkan cinta untuk palestina, dengan cara-Mu yang penuh rahasia. Tapi satu hal yang nyata, yakni kemenangan untuk mereka. Palestinamilik kami. Zionis, Menembaki dibulan mulia Menyerang membabi buta Bahkan saat beribadah Di Masjid Al-Aqsa milik dunia. Terjajah di negeri sendiri Dicekam ketakutan di rumah sendiri Diburu kematian dengan peluru zionis jahanam Terancam dalam kemerdekaan yang seharusnya digenggam Kini Masjid al-Aqsa menjadi simbol pemersatu Palestina. Dan, semestinya seluruh pihak di Palestina bersatu untuk melawan kesewenang-wenangan Israel. Buktinya Israel sekarang tidak bisa berbuat Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Baca Juga Rektor UIBA Palembang Tarech Rasyid Isbedy Memaknai Kepulangan Buku Ketika Aku Pulang Karya Isbedy Stiawan Masuk UIBA Palembang Esok Malam, Puisi Minyak Goreng Diluncurkan PUISI akan selalu "berpihak", sekecil apa pun. Keberpihakan karya puisi juga kesenian umumnya tentu pada kemanusian dan keadilan. Itulah napas keberpihakan seniman Lampung menyikapi nasib Palestina yang bebeberapa hari terakhir dibombardir serdadu Israel. Bahkan saat menjelang Idul Fitri 1442 H. Kepedulian seniman Lampung yang diprakarsai Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS bekerja sama dengan Pondok Santap Taman Untung, tadi malam 22/5/2021 menghadirkan Syaiful Irba Tanpaka, Agusri Junaidi, Erika Novalia Sani, Muhammad Alfariezie, Sekretaris Dewan Masjid Indonesia Lampung H. Imam Asyrofi, Isbedy Stiawan ZS, Fitri Angraini dosen UIN Radin Intan, Fajrun Najah Ahmad, Yurie Arsyad Temenggung, dan Muchlas E Bastari. Para seniman, aktifis, dan politisi Lampung itu sepakat mendukung Palestina dan mendoakan agar perang di Jalur Gaza segera dihentikan. Mereka mengutuk Israel yang dinilai brutal dan dzalim terhadap rakyat Palestina. "Kita dukung Palestina agar merdeka karena sesuai dengan amanat UUD 1945 bahwa penjajahan di muka bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan," ujar Erika Novalia Sani, direktur Lamban Sastra pada testimoni sebelum membaca puisi "Palestina Kita Berpelukan" karya Isbedy Stiawan ZS. Sementara Fajar, panggilan akrab Fajrun Najah Ahmad, bercerita pengalamannya langsung ke Yerussalem pada 2018. Ia menjelaskan nasib rakyat Palestina benar-benar memprihatinkan. "Anak-anak Palestina untuk menjual hasil kerajinannnya harus hati-hati karena jika ketahuan tentara Israel akan ditangkap dan barang jualannya dirampas," cerita Fajar. Isbedy juga menguatkan dukungan Indonesia sudah dinyatakan Soekarno, bapak pendiri dan proklamator pada 1960. "Jadi jelas sekali NKRI mendukung kemerdekaan Palestina. Dengan demikin, kita mengutuk zionis Israel," tandas pengampu Lamban Sastra itu. Penyair berjuluk Paus Sastra Lampung duet dengan istrinya, Fitri Angraini, membacakan puisi "Burung Burung dari Surga". Lalu penyair Agusri Junaidi membacakan puisi tentang Palestina dari buku puisinya "Wajah Musim". Syaiful Irba Tanpaka membacakan puisi "Doa Serdadu Sebelum Perang", Muhammad Alfariezie membacakan puisi "Bagaimana Mungkin Aku Melupakanmu" karya Taufiq Ismail, dan Yurie Arsyad membacakan puisi terjemahan karya penyair Rusia. Berikut puisi Isbedy Stiawan ZS, yang diakuinya terinspirasi dari berita di youtube ihwal kawanan burung di langit Yerussalem dan seekor burung tengah mencabik-cabik bendera Isrel Isbedy Stiawan ZS BURUNG-BURUNG SURGA lalu burung-burung surga memasuki kota itu dan mengoyak bendera dengan paruhnya sebagai pertanda apakah kau bisa berpikir jika punya akal? tapi, Allah telah menetapkan pada bani israel sebagai orangorang yang mesti meninggalkan rumah lalu pulang menjarah dan menjajah seperti dinubuat, mereka usir para nabi setiap kitab yang datang padanya selalu diingkari demi menegakkan ajaran dan ujaran dari nenekmoyang ihwal sapi yang mesti dikurbankan soal Musa, Yakub, ataupun Isa yang ditolak risalahnya di tanah Al-Quds ini, bahkan Yesus disalib untuk menebus dosa seluruh umat kenapa Kau tak berpikir jika Allah memberi akal? * inilah Al-Quds, sebuah negeri yang telah disucikan selain Mekah tanah yang pernah disinggahi Muhammad saat hijrah, sebelum ke muntaha jejak-jejak para nabi di sini membekas sebagai sejarah kelam manusia sebab selalu ingkar dan suka menumpahkan darah ingatlah, bagaimana Musa diburu ingin dibunuh; Allah menyelamatkan tongkat Musa membagi dua lautan Yesus disalib lalu diarak ke Golgota “Eli Eli, lama Isa agani?” lalu makin lengkap habis marwah Bani Israel; diusir dari negeri sendiri tiada lagi tanah kelahiran; menjadi ahasveros tak mengenal jalan ke rumah apakah Kau tak berpikir jika punya akal? sampai mereka temukan peta itu kampung di mana dulu nenek moyangnya menetap sebagai bangsa pembangkang dan selalu membuat kerusuhan berulang-{ulang Palestina jadi sasaran sebagai negeri yang mesti direbut untuk meluaskan kekuasaan berulangulang Al-Aqsa ingin dihancurkan demi menghapus sejarah masa lampau tapi apakah mereka tak berpikir Allah semakin menghidupkan cahaya itu? lihatlah burung-burung surga dikirim lalu mencabik bendera hingga tidak bertanda; seperti itu wajah israel di mata Allah di hati bangsa-bangsa yang mengerti makna kemanusiaan 2021 Baca Juga Rektor UIBA Palembang Tarech Rasyid Isbedy Memaknai Kepulangan Buku Ketika Aku Pulang Karya Isbedy Stiawan Masuk UIBA Palembang Esok Malam, Puisi Minyak Goreng Diluncurkan Isbedy Stiawan ZS puisi Herman Batin - Puisi Taufik Ismail berjudul Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu mengisahkan tentang kiblat pertama umat Islam, Masjidil Aqsa, yang kini dikuasai Israel walau berstatus quo. Puisi Taufik Ismail ini mengingatkan soal penyerbuan dan pembakaran oleh Israel di Masjidil Aqsa. Puisi tersebut digubah oleh Taufik Ismail pada tahun 1989, ketika Israel melakukan agresi militer terhadap rakyat Gaza, yang menewaskan wanita dan anak-anak dalam peristiwa Intifada pertama. Berikut teks puisi Taufik Ismail - Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu Baca Juga Tradisi Menyambut Bulan Sya'ban Dijamin Rindu Kampung Halaman Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozerdengan suara gemuruh menderu, serasa pasirdan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah. Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka. Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi air mataku. Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kamiIndonesia jua yang dizalimi mereka tapi saksikan tulang muda mereka yang patahakan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka, An Naar. Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu ter-sayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi Allahu Akbar! danBebaskan Palestina! Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalahlaquwwatta illa bi-Llah!’

puisi untuk palestina al aqsa